Rabu, 04 Februari 2015

Kuliah.

Banyak perubahan yang terjadi ketika saya sudah resmi menjadi seorang mahasiswi. Mulai dari jam tidur yang tidak teratur, pola makan berubah, serta selalu dikejar deadline tugas. Saya merasa agak tertekan dan pusing secar terus-menerus. Tapi disamping semua itu, ya, saya bahagia.
Saya bahagia mendapat teman-teman baru yang luar biasa peduli dan kami tidak sungkan untuk melakukan hal gila bersama-sama. Gengsi ? tak pernah ada kalimat itu dalam kamus kami, itu adalah persamaan dasar yang membuat kami bisa secepat ini akrab.
Kehidupan kampus ternyata sangat menyenangkan. Saya yang sebelumnya sudah terbiasa dengan sistem moving class tidak merasa canggung sedikit pun menerapkannya juga selama perkuliahan. Lari-lari mencari ruang kelas bukan hal asing lagi. Namun hal yang paling terasa adalah ketika saya bangun pagi-pagi untuk mengikuti kelas yang jelas-jelas dijadwal dipampangkan tepat pukul 08.30, harus molor bisa sampai satu jam lamanya. Ternyata benar, yang namanya di PHP –Pemberi Harapan Palsu- dosen tidak enak. Bahkan kata teman saya “Please, tolong. Cukup cowok yang suka PHP, dosen jangan !!”
Memang benar-benar menyebalkan. Dalam sehari bahkan bukan hanya satu dosen yang menerapkan sistem PHP, saya hanya bisa pasrah. Kebanyakan teman-teman saya menyukai ketika dosen tidak masuk. tetapi saya tidak. Dosen tidak masuk artinya saya harus menunggu jadwal dosen selanjutnya dalam rentang waktu yang lumayan lama. Rumah jauh membuat saya harus tetap duduk manis dikampus untuk menunggu kelas selanjutnya.
Tapi harus saya akui bahwa sistem pemPHPan ini sedikit menguntungkan bagi saya. Saya kesulitan dalam mengatur waktu dan itu membuat saya hampir selalu terlambat disemua jadwal kelas saya. Dosen PHP dan molor waktu masuk ? saya selamat. Tapi kalau dosen rajin ? saya pun harus menebalkan muka dan mengetuk pintu secara lembut dan berkata “Maaf, saya terlambat. Saya masih boleh ikut mata perkuliahan anda ?”
Terlambat tidak semenyenangkan yang terlihat, apalagi kalau terlambat secara rutin. Teman-teman sudah tidak asing lagi melihat satu bangku kosong dan sudah tidak menunggu saya lagi untuk duduk manis menunggu dosen dan memulai perkuliahan. Tapi dibalik semua itu, saya benar-benar menikmati masa kuliah walaupun memang benar masa putih abu-abu lah fase terbaik dalam hidup saya selama ini.

Kurus sama dengan seksi.

Banyak cowok yang rela capek-capek nge-gym buat mendapatkan tubuh berisi dan berotot, bahkan ada yang rela mengkonsumsi telur mentah dan susu pembentukan otot. Hemm buat apa ? seksi ? kebanyakan cewek pun memuja-muja cowok yang mempunyai otot lengan dan otot perut six pack yang menurut mereka gentlemen.
Kok gue malah beda ya. Haha serius gue enggak suka cowok berotot. Gue suka cowok kurus kerempeng dengan pinggul yang ramping. Menurut gue itu seksi banget. Apalagi ramping tinggi kayak body nya GDragon, he is perfeck.
Gue bisa apa ? bukan selera gue dong yang aneh. Atau karena faktor badan gue juga runcing ke atas ? gue suka ngeri sendiri liat badannya Ade Rai yang gede kayak raksasa itu. ngebayangin aja serem hih !
Temen gue lain lagi. Dia suka cowok yang gempal berisi. “Enak buat dipeluk” alesannya. Menurut gue cowok kurus lah yang enak. Dipeluk langsung berasa badannya. Kalo meluk yang gendut kan ngerasain lemaknya dulu muehehe.
Kalau cewek lain pertama kali merhatiin muka cowok, gue beda. Yang pertama gue perhatiin itu pinggang, kaki sama lengannya. Enggak tau apa alasannya liat cowok “lidi” itu punya keseksian tersendiri menurut gue. Padahal apaan isi badannya tulang semua. Tapi, semua orang memiliki tipe idealnya masing-masing, bukan ?
Gue sering kaget pas kedapatan megangin pinggul cowok dan gue ngomong diluar kesadaran gue. “gila pinggang lu kecil amat”. Kesannya kayak menghina ya ? seakan-akan nyuruh dia buat nambah berat badan. Padahal itu ucapan repleks karena gue kagum. Hehe. I’m a weird girl. Pokoknya prinsip gue cowok kurus tinggi itu seksi.