Minggu, 23 Juni 2013

Great ideals for young women



              

Entah kenapa dini hari diawal oktober yang biasanya sejuk itu hari ini terasa begitu panas dan lembap. Berkali-kali peluh ku menetes membasahi kaus oblong kucel yang ku pakai untuk membantu ibu membungkus jualan asinan. Ya, ibu ku hanya seorang penjual asinan keliling sementara ayah ku telah tiada. Sementara aku hanyalah seorang anak biasa yang tidak menarik dan tidak begitu pintar, hidup dalam kesederhaan. Panggil saja aku Eneng. Aku hidup bertiga dengan Ibu dan adik ku yang masih kecil. Ku pandangi wajah mungil adik ku yang sedang terlelap menggemaskan, kemudian aku tatap muka bijaksana Ibu ku. Mereka lah harta dihidup ku, tak ada hal lain dibenak ku kecuali dua orang berharga itu dan impian ku menapaki jenjang sekolah yang lebih tinggi.

Tik tok tik tok waktu terus berjalan, tak terasa hampir sejam sudah aku menemani ibu membungkus asinan. Tak terasa juga subuh menjemput pagi dan aku belum siap sama sekali untuk bersekolah.

“Nduk, ayuk kamu siap-siap. Nanti Ibu Rahayu menunggu” Ibu Rahayu adalah wali kelas ku, disekolah ku yang terpencil dipelosok desa ini memang merupakan sekolah yang sangat ‘apa adanya’. Kami hanya memiliki 3 kelas dan 5 orang guru, dengan jumlah siswa tak lebih dari 50 orang. Dari semua guru, Ibu Rahayu lah yang paling memberi perhatian kepada ku yang memang kurang begitu pintar ini. Beliau lah yang mengajakku untuk bersekolah dan memberi cita-cita besar kepadaku. Seandainya saja aku tidak bertemu dengan beliau, mungkin cita-cita terbesar ku adalah menikah dengan anak Lurah yang memang aku senangi dari kecil dan membelikan sebuah kebaya baru untuk ibu ku. Tapi berkat Ibu Rahayu aku berani bermimpi menjadi orang sukses dan membangun sebuah sekolah yang layak didesa ku.

“Iya bu, Eneng juga sebentar lagi selesai membungkus asinan.” Ku percepat pekerjaan ku dan aku melesat mandi dan memakai baju kebanggaan ku. Putih biru. Ku patut wajah ku dicermin. Ku beri senyum pada pantulan dicermin dan aku berkata. “Bismillah aku siap menuntut ilmu hari ini.” Aku pun izin pergi bersekolah kepada ibu. Ku lihat matahari telah tinggi, ku percepat langkah dan ku ayunkan kaki lebih cepat. Aku tidak ingin terlambat, tidak dengan semua ilmu yang menanti ku disekolah.

Aku pun menaiki jembatan gantung, berhati-hati agar jembatan tidak goyang dan membalikkan beban diatasnya. Dengan perlahan ku telusuri jembatan dan menyebrang ke daratan disebrang. Hup ! aku meloncat dan mendarat dengan perlahan. Aku pun berlari karena melihat cahaya matahari makin. 
Aku takut tertinggal pelajaran.
* * *
Pukul 12.30 wib. Saatnya aku pulang kerumah. Sekolah telah usai dan pelajaran sudah menempel diotak. Kurasakan pusing dan panas menyerang. Ya udara hari itu memang agak panas. Kembali ku ayunkan kaki meninggalkan sekolah. Ingin rasanya cepat-cepat sampai dirumah dan kemudian tidur menginstirahatkan badan. Kembali ku lewati jembatan gantung yg meuji nyali itu. Begitu sudah terlewati kembali aku bergegas pulang.

Begitu sampai disebrang. Aku berjalan sambil menutupi kepala dengan menggunakan tas karena tak tangan dengan teriknya matahari. Terbayang dirumah telah menunggu sirup dingin manis buatan ibu. Begitu melewati kantor Lurah, tampak ibu Lurah yg sedang kebingungan. Aku pun menghampiri beliau.

“Ibu kenapa tampak bingung ?” tanya ku kepada ibu yg anaknya aku senangi itu. “Ibu kehilangan anting, bisa bantu cari ?” jawab ibu itu. Dengan senang hati aku membantu ibu mencari antingnya. Aku pun mencari diteras kantor Lurah itu, aku merangkak mencari dikolong meja dan dibawah kursi, ku susuri tiap petak lantai tak kutemukan anting itu. Ku cari dihalaman, tiba-tiba tampak bagi ku benda mengkilau indah. “Dapat !” teriakku. Segera aku perlihatkan anting temuan itu. ternyata benar itu lah anting yg hilang. “Terima kasih sudah menemukan anting ibu. Siapa nama mu anak manis ?” kata ibu. “Panggil Eneng saja bu, biasanya saya dipanggil Eneng sama orang sekitar sini.”

Ibu pun menawari sejumlah uang untuk rasa terima kasihnya. Namun menurutku uang itu terlalu banyak untuk sekedar upah mencari anting. Aku pun menolak dengan halus. “Tidak bu terima kasih, Eneng harus cepat pulang nanti ibu dirumah cemas. Assalamualaikum.” Pamitku kepada ibu Lurah. Ibu lurah kembali berterima kasih dan menawari ku untuk kapan-kapan mampir kerumah beliau yg memang setiap penghuni desa mengetahuinya.
* * *
Senja pun datang. Lelah dibadan telah ku rasa hilang setelah tidur siang tadi. Aku bergegas mandi dan mengerjakan sholat magrib. Setelah selesai sholat aku pun mengerjakan tugas dari Ibu Rahayu. Disaat konsen belajar, tiba-tiba Ibu masuk kedalam kamar.

“Nduk tolong jaga adik ya. Ibu mau ke rumah Pak Danu membantu menyiapkan makanan untuk acara sunatan besok. Ibu tidak bisa membawa adik.” Kata ibu. Aku pun menaikkan alis dan memandang bingung kepada ibu. Biasanya acara apapun ibu selalu membawa serta adik karena adik memang tidak ingin jauh dari ibu. Seberapa repot pun ibu tetap selalu menggandeng adik ditangannya.

Seakan mengerti dengan kebingungan ku ibu pun berkata “Ibu hanya pergi sebentar nduk. Adik sudah tidur kasihan kalau ibu bangunkan. Kamu jaga sebentar ya.” Aku pun mengangguk dan mencium tangan ibu sebelum ibu pamit pergi. Aku pindah ke kamar ibu untuk menjaga adik yang sedang tidur sambil melanjutkan belajar.
* * *
Aku terbangun mendengar suara tangis adikku. Aku berusaha menenangkan dengan mengelus-elus kepala nya dan membuatkannya susu. Ku lihat jam menunjukkan waktu sudah hampir tengah malam namun ibu belum juga datang. Ku perhatikan jalanan berharap ibu datang namun tak tampak sosok wanita yg melahirkan aku itu.
Entah bagaimana tiba-tiba awan gelap berubah menjadi terang. Asap mengepul dari kejauhan. Hitam menjadi merah. Langit nampak marah. Kebakaran ! tetangga kiri-kanan ribut keluar dari rumah untuk mencari tahu dimana letak kebakaran. Hati ku berdebar-debar mengingat ibu belum pulang. Ibu dimana ?

Ku lihat para bapak-bapak didesa berlari menghampiri arah kebarakan untuk memberi pertolongan. BPK nampaknya tidak bisa diharapkan datang ke desa terpencil ini. Aku pun berdoa agar api cepat padam dan tidak menimbulkan korban. Ditengah keributan samar-samar ku dengar ibu-ibu berbicara dengan cukup keras. “Rumah Bapak  Danu !” astagfirullah aku sangat terkejut. Ku hampiri ibu itu dan bertanya agar lebih jelas. Ternyata benar kebakaran dirumah Pak Danu, rumah yang ibu ku datangi. Segera ku titipkan adikku kepada ibu-ibu tetangga dan berlari menuju arah kebakaran berharap melihat ibu ku baik-baik saja. Aku terus berlari cepat bersama bapak-bapak.

Sampai disana kaki ku lemas melihat besarnya api. Aku melihat sekeliling mencari sosok ibu, tak ku temukan. Aku bertanya kepada orang-orang disana. Kemana ibu ku ? sebagian menjawab tidak tahu sebagian nampak tidak mendengar suara ku. Tiba-tiba istri Pak Danu datang menghampiri dan memelukku haru. Sambil membisikkan kata-kata yang membuat ku kehilangan kesadaran. Ibu ku terperangkap dan dihabisi panasnya api malam itu.
* * *

Setelah Dzuhur jenazah ibuku dikebumikan. Mata ku sembab dan kepala ku pusing. Sekarang bagaimana nasibku, nasib sekolahku dan nasib adik kesayangan ku ? apa yang harus ku jawab bila dia bertanya dimana ibu ? aku hanya bisa menangis. Ibu Rahayu ikut menemani ku saat pemakaman. Aku pun menangis dipangkuan ibu Rahayu. ibu membisikkan kalimat-kalimat penyemangat. Beliau menyuruhku agar berhenti menangis dan tegar menghadapi ini, jangan sampai aku patah semangat dan berhenti sekolah. Aku hanya mengangguk.

Selepas Ashar aku baru pulang. Sambil menggandeng tangan adik aku berjalan gontai menuju rumah. Sekarang siapa yang menunggu ku dirumah dengan senyum hangat ? aku kehilangan sosok semangatku. Saat malam menjelang ibu Lurah datang kerumah ku dengan membawakan gorengan hangat dan sangat enak. Sejenak ku melupakan kesedihan kehilangan seorang ibu.

“Eneng sekarang tinggal sama siapa ?” tanya ibu Lurah.
“Berdua sama adik bu.” Jawab ku. Kembali ku rasakan kesedihan.
“Kalau tinggal dirumah keluarga ibu mau di Jakarta mau ? temani Jaka sekolah disana. Mau ?” tanya ibu. Jaka adalah nama anak beliau yang aku senangi.
“Tapi saya tidak punya uang untuk sekolah diJakarta bu ..” balas ku. “semua biaya kamu dan adikmu nanti ibu yang tanggung. Bagaimana ?” kekhawatiran tentang sekolah dipikiranku pun hilang berubah menjadi perasaan bahagia. Aku akan bersekolah di Ibu Kota besar.
* * *
 17 tahun kemudian

Wanita cantik itu berkaca didepan cermin yang melebihi besar badannya. Dengan menggunakan gaun dan hijab putih, high heels putih pula, riasan wajah yang sesuai, tangan diberi henna dan kuku diberi warna merah, pengantin itu nampak terlihat sangat cantik. Tak henti-hentinya senyum menghiasi wajahnya, menambah cantik parasnya dan membuat siapa saja yang memandangnya ikut tersenyum. Wajahnya berseri-seri memperlihatkan kebahagiaan yang tak terbendung karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri

“Aduh ayu nya anak Ibu, ayuk nduk calon suami mu sudah menunggu” Kata Ibu Marliana, sosok wanita yang selama ini menjaga dan membesarkan wanita itu sebagai pengganti ibu kandungnya yang lama meninggal. Sosok wanita yang selama ini diketahui nya sebagai Ibu Lurah didesa nya.

“Ia sebentar lagi Eneng siap bu.” Jawab wanita itu. begitu dirasa persiapan telah selesai, Eneng pun berjalan menuju pelaminan dengan didampingi oleh beberapa orang temannya, Ibu Marliana, dan adiknya yang telah menginjak usia remaja. Nampak dibenaknya berputar klise kehidupannya begitu sudah menginjakkan kaki di Ibu Kota. Ia bersekolah dengan rajin dan giat setiap hari bersama adik dan anak Ibu Marliana, Jaka. Tidak dilewatkannya kesempatan besar itu, ia bertekad mewujudkan mimpi besarnya menjadi orang sukses. Sekolah dilewatinya dan kemudian lulus kuliah dengan predikat sebagai sarjana hukum. Tak sampai disitu ia pun mengambil S1 dan S2 diluar negeri bersama Jaka sementara adiknya baru mengikuti ujian SMA. Kini ia benar-benar menjadi seorang pengacara wanita sukses, impiannya membangun sekolah didesa kelahirannya pun terwujud. Dan kebersamaannya yang lama  dengan Jaka menumbuhkan cinta dimasing-masing hati mereka.

Begitu duduk dipelaminan, nampak seluruh ruangan berdecak kagum melihat kecantikan pengantin wanita itu dan keserasian kedua pengantin itu. nampak Ibu Rahayu berserta guru-guru SMP nya didesa ikut tersenyum dan melambaikan tangan kearah Eneng. Penghulu pun nampak tersenyum dan memulai acara ijab dan kabul.

Saya nikahkan engkau, Jaka bin Sulaiman dengan Eneng binti Firman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sejumlah Rp 100.000.000 dibayar tunai.” Kata Bapak penghulu. Yang disambut Jaka dengan kalimat “Saya terima nikahnya Eneng binti Firman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Serentak saksi dan tamu undangan mengucapkan sah. Dan resmilah Eneng menjadi istri lelaki pujaan hatinya dari kecil itu. Eneng pun menenteskan air mata tak menyangka seluruh angan-angan yang dulu hanya berani dilamunannya saja kini menjadi kenyataan. Andai saja Ibu dan Ayahnya masih hidup, tentu mereka ikut senang melihat Putri menjadi pengantik cantik hari ini. Ibu maaf Eneng tidak sempat membelikan ibu sebuah kebaya ! batin Eneng sedih.
Tuhan mempunyai cara sendiri untuk mengabulkan keinginan kita asal kita mau berusaha dan berdoa, tidak menyerah dan tetap berusaha.
TAMAT.

Minggu, 16 Juni 2013

Tragedi Belalang


Share kejadian dikelas gue sebelum ulangan kemaren. Gue nangis dikelas, dibikin nangis tepatnya. Garagara nya gini. Setelah pusing mual mimisan dengan pelajaran Bapa Dasuki yg semrawut tentang Debian kami disuruh nyatat teori. Ya karna gue model anak remaja gahol yg egak bisa diem gue niat cepetcepet selesein catatan terus bercandaan sama temen. Pas lagi serius nyatat eh si Rusma mainin sepatu gue diselasar, ditendang jauh sama dia. Gue pelototin egak mempan, egak takut sama mata gue yg membahana.

Setelah dengan sukses sepatu gue terbang melayang jauh, si Rusma teriak “Sekaaaaarr ada belalang itu disana deket sepatumu !” gue bengong, ngapa ada belalang tibatiba ? gamau dikibulin Rusma gue pun bales teriak “Alaah egak percaya sama mulut kamu, gausa nakutnakutin”. Tapi Rusma tetap menyuruh gue keluar ngeliat sepatu gue.  Gue pun keluar kelas buat ambil sepatu gue, dan tibatiba gue kaku. Ternyata bener ada belalang big size, kampret.

Gue pun langsung marah sambil nyuruh Rusma ambil sepatu gue, eh siRusma malah kaya kesetanan nyuruh Novrin sama Yosef buat ambil tuh belalang. Gue langsung masuk kelas terus sembunyi dibelakang duduk dilantai sembunyi diantara anakanak cowok yg ngumpul.

Awalnya sih gue ketawaketawa sambil melas biar egak dikasi tau gue disana, gue takut dideketin sama belalang. Demi apa gue benci sama itu hewan. Gue ngerasa aman karna gue liat Novrin celingakcelinguk nyari gue tapi egak nemu. Tapi rasa aman itu bentaran doang, Novrin liat gue, Yosef juga liat gue, dan si belalang memandang gue. Dan gue ? nangis ..

Gue beneran nangis kejer, “jingkar”. Nangis kaya anak kecil. Sambil nangis gue ditanya sama Duan “eh kenapa ini nangis ?” anakanak lain juga pada heran gue nangis. Dikira gue galau kali ya ? eh pas liat belalang mereka baru ngeh kenapa gue nangis gitu. Mereka ketawa sambil kagetkagetin gue. Asem.

Sambil nangis gue ngomong “itu belalangnya dijauhin”. Yampun sumpah kayak anak kecil, bikin malu aja. Eh tapi si Duan kesian liat gue melas terus marahin Yosep yg megang belalang itu. Novrin juga berenti usilnya terus ngelus kepala gue. Rusma juga minta maaf. Asem ah asem asem gue malu nangis kayak begitu -_-.

Gue emang sumpah takut banget sama belalang, apalagi yg big size gitu. Lewat aja egak berani apalagi kalo sampe nempel dibadan gue. Hiiiih jangan sampe jangan sampe *ketokmeja3kali. Gue itu semacam trauma sama belalang. Gue benci sama tu hewan karna alasan yg cukup simple.

Jadi gini sejarah gue jadi takut, waktu kecil gue berani lo sama belalang ! waktu itu gue mau mandi. Gue pun cobot baju *jangandibayangin* dan masuk kekamar mandi. Pas udah masuk gue langsung melongo karna ada belalang gede didalam kamar mandi. Karna gue paling males mandi sambil ada makhluk hidup didalamnya, berasa diintipin gitu. Kali aja kan itu ternyata kamera pengintai berbentuk hewan kayak diTV -_- ahh korban film. Nah karna hal itu gue pun berusaha ngusir itu hewan dengan cara mercikin air biar dia takut, tapi makin dipercikin dia makin betah nagkring dikamar mandi gue, nah kapan dong gue mandi ? yauda gue lempar pakai gayung kali aja itu belalang langsung kabur. Eh tapi ternyata itu belalang loncat ke atas kepala gue. Iih merinding kalo diingat-ingat lagi.

Begitu udah nangkring diatas kepala, gue kaget. Dan tiba-tiba gue kepleset karna heboh ada hewan gede diatas kepala dan kepala gue benjol. Semenjak itu gue takut sama belalang. Alasan nya sangat simple kah ? -_- oh iya khusus postingan yg ini gue ogah masukin picture, males ah liat foto itu hewan hehe.


Sabtu, 15 Juni 2013

Galau konsernya Bigbang

Agh gue galau. Gue sakit hati. Gue sedih. Gue keseeeeeeeeeeeeeeellll !!!! bukan karena gue jomblo. Bukan juga karna gue belum move on. Bukaan ! yaemang itu juga sebagian dari kegalauan gue sih. Tapi sekarang gue bukan galau karna itu. tapi karna GUE GABISA NONTON KONSER GD. AGAIN. Yes temanteman. AGAIN !! Udah pada tau belum kalau gue ngefans banget sama leadernya boyband korea BIGBANG ? iya gue cinta banget sama si pemimpin. Kwon ji yong alias Gdragon. Sekarang dia lagi konser diIndonesia, di Jakarta tepatnya. Gue mana bisa nyamperin kesana ? mana bisa gue nonton live ? oh my god gue sedih T.T
 
badboy gue.

Kamis, 13 Juni 2013

Sindrom Jejaring Sosial



Holla selamat pagi blogger kesayangan gue, apa kabar kamu ? 
*ciuminblog.
Gue libur hari ini. Eh lebih tepatnya meliburkan diri setelah ulangan selesai. Iya kemaren hari terakhir gue ulangan. Doakan semoga nilainya bagus ya. Gue masalah nilai ulangan pelajaran TKJ insyaAllah ngerasa bagus aja, tinggal  pelajaran umum yg ketarketir.

Nah karna gue libur gue jadi bingung mau ngapain. Liat TV bosen, baca novel males, tidur dimarahin emak, makan ah gue makan mulu. Terus gue ngapain dong ? dari tadi pagi kerjaan Cuma mandangin TimeLine Twitter doang. Ahh gue perlu semacam pencerahan dihari libur setelah ulangan gini. Ada yang mau ngajak jalan ? nonton misalnya gitu, gue mau nonton cinta dalam kardus nih *emangudahada ? yg ngerasa anak 21 kasih tau ya cinta dalam kardus udah ada apa belom.



Ngomongin soal Twitter. Gue bingung sama jejaring sosial satu ini. Kok gue bisa betah banget mainan sama ini ? gue lebih rela telat makan daripada telat ngchack TL twitter gue. Gue lebih rela ga belajar pas mau ulangan daripada ga balesin mention temen twitter gue. Aku kenapa Tuhan ? *gantungdiri. Kayaknya gue kena penyakit twitter mania.

Satusatunya alasan kenapa gue betah main Twitter mungkin karna banyak teman mention. Banyak obrolan dan umumnya temanteman dikelas gue juga pada aktif ditwitter. So kelihatan banget kekompakan kelas gue di Twitter. Gue suka baca mention mereka yg lucu. Tagtagan foto mereka yg abstur. Dan kekompakan mereka disaat mengejek teman yg lain. Ah twitter kadang membuat suasana hati yg sedang bad mood menjadi good mood.

Padahal kalau ingat dulu gue cinta banget sama facebook, dan lebih memilih setia dengan Facebook daripada harus menduakannya dengan Twitter. Sekarang ? gue putusin Facebook dan gue move on ke Twitter. Sekarang gue ngerasa Twitter lebih ngertiin dan manjain gue. Oh Facebook maafkan aku, aku tau aku telah menyakiti dan meninggalkan mu ..

Lucu aja sih kalau ingat dulu. Dulu waktu gue main Friendster gue sumpah egak mau pindah ke Facebook karna menurut gue Facebook itu enggak seasik Friendster. Facebook enggak ada wallpaper sementara di Friendter ada. Friendster bisa naruh macammacam foto unik di profil sementara Facebook enggak. Eh tapi pas udah main Facebook gue LUPA SAMA FRIENDSTER. Gue jahat. Dan sekarang begitu gue kenal sama Twitter dengan gampangnya gue ngelupain ikatan suci dengan Facebook. Sungguh dengan mudahnya hati gue berpindah dari satu jejaring sosial ke jejaring sosial yang lain. Gue Playgirl.

Flashback ke 10 tahun yang lalu. Waktu itu gue umur sekitar 7tahun. Gue masih polos dan yg ada diotak gue Cuma main main main dan main, apa sekar kecil tau dengan Friendster, Facebook dll ? egak. Sekar 7tahun tau nya layangan, kasti, kelereng, petak umpet dan main masakmasakan. Nah disaat itu gue ngerasa gue berbaur dengan masyarakat. Gue deket dengan tetangga, gue akrab dengan keluarga besar gue. Dan begitu gue kenal dengan yg namanya jejaring sosial, gue jadi pendiam. Elu pendiam kar ? ya sedikit pendiam lah ._.

Begitu kenal dengan jejaring sosial, gue aktif disini doang. Gue cerewet gue SKSD tapi itu sebatas dijejaring sosial. Didunia nyata gue merasa sekarang susah untuk dekat dan akrab dengan orang yg gue kenal. Apa ini karna pengaruh “gue terlalu asik dengan dunia maya sehingga melupakan dunia nyata” ?

Kalau orang ngeliat gue lagi bercandaan sama tementemen mungkin orang berpikir “wih nih anak asik buat dijadiin temen”. Tapi nyata nya enggak. Gue kaku sama orang yg baru dikenal. Gue kesulitan komunikasi. Gue ngerasain hal ini setelah gue berteman akrab dengan dunia maya. Gue kenapa ? ahh balikin sekar yg dulu Tuhan. 

Gue juga kasihan ngeliat perkembangan anak jaman sekarang. Sekarang anak kecil sudah mengenal laptop, tablet, ipad dll.
Apa enggak terlalu cepat ? apa enggak sesuai sama umurnya ? anak dibawah 10tahun itu lebih natural kalau mainan dibecek, dikubangan lumpur, mengejar layangan atau larilarian ditengah hujan daripada asik didalam rumah sendirian main game angry bird. Gue lebih suka liat anak kecil nangis rebutan mainan pistolpistolan daripada nangis rebutan main game online. Ah untung dulu gue udah kenyang main dilumpur. Untung masa kecil gue bahagia hiks hiks.

Selasa, 11 Juni 2013

Budaya Menyontek

Gue lagi masamasa ulangan umum nih guys. masamasa penentuan buat masa depan gue. Masa senang karna setelah melewati ini gue bakal merasakan kelas 12. Masa pusing mikirin gimana menghadapi soal dan mikirin gimana caranya kerpean gue egak ketahuan. Iya gue ngerpe hehe ..



Anak jaman sekarang mana ada sih yang jujur ? sampul depannya doang baik dalemnya pasti nakal juga. Ya kalo ada yang menilai gue curang atau egak jujur atau what the hell lainnya, gue sih cuman mikir simple. Disaat tementemen disekeliling gue berbuat curang, menjadi iblis. Nah ngapain gue sok suci nahannahan diri jadi malaikat ? tementemen gue nilai bagus sementara gue jeblok. Enak gitu ? kadang kita harus mengikuti perkembangan jaman looh. Guruguru juga udah pada ngerti sistem murid gitu semua.

Ada yang bilang nyontek, ngerpe, liat kunci itu gada usahanya, gada hasilnya. Mikir simple aja ya : SEMUA ITU JUGA USAHA. Dengan nyiapin kerpe kitakan juga baca soal, minimal memandang soal. Dengan nyontek kitakan usaha manggil temen dan melirik kertas jawaban, itu olahraga mata dan leher loh ! liat kunci juga usaha menghapal dan memastikan kunci bener apa egak.

buat cowok jangan ikuti ini. jangan !
mending gini kan ._.

Ya mungkin egak semua orang mikirnya gampang gitu gitu. “besok ulangan ? santai aja kan ada kerpe/kunci/temen pinter” Semua anak curang juga dalam hatinya merasa bersalah dan berusaha belajar. Kadang kitakita yang nyiapin kerpean pun juga belajar agar si kerpe egak harus dikeluarin. Egak iblis banget kan ? dan usaha curang itu juga egak selamanya berhasil. Terkadang ada soal yang beda dengan kerpean yg udah disiapin. Atau kena guru pengawas yang galak dan duduk dibelakang. Atau temen pelit egak mau ngasih lihat jawaban. Kalo udah gitu bisa apa ? hitung kancing ? capcipcup kembang kuncup ? egak kan ? nah itu gunanya belajar sebelum nyiapin kerpe !
Saat ulangan juga banyak murid yang gelabakan belajar sampai tengah malam. Hey itu egak efektif !! kalau gitu jamin deh besok kesiangan, apa yang dipelajarin gada yg ingat, dikelas ngantuk, dan semua itu bikin egak konsen. Dan apa jadinya ? gabisa jawab soal ! menurut gue sih bagusnya tidur lebih awal biar bisa bangun lebih awal. Solat subuh dulu terus sarapan biar otak bisa kerja maksimal, terus belajar deh. Menghapal pas pagi itu efektif loh, otak masih kosong dan belum dibebani masalah lain, so elo isi dengan pelajaran. Insya Allah inget. Gue jamin. Asal lo nya serius aja ngebaca buku pelajaran bukan novel ..
Waktu gue ulangan dari 3 juni kemaren. Gue ngerasa beban banget. Gue belajar egak masuk ke otak karna gue banyak pikiran. Gue mikirin rumah yang direnovasi dan semua barang dikamar gue pindah keruang tamu. Gue mikirin soal kejombloan dan nasib PHP gue. Gue mikirin tempat magang yang sampai sekarang belum mengkonfirmasi diterima atau egak. Gue mikirin tugas yang belum selesai. Ahh gue pusing. Mana gue PMS, tertekan sedikit gue pusing dan marahmarah (oke kalau pemarah itu emang sifat gue).
Untungnya tementemen kelas gue suka ngelawak semua. Gue terhibur. Bayangin aja hari pertama yang lain pada ulangan gue malah fotofoto dikelas ! gue bercandaan sama yang lain, gue ngobrol, gue ketawa, dan pengawas ? woles aja .. gue akrab sama pengawasnya. Dan enaknya lagi gue duduk dibelakang.
Nah faktor tempat duduk juga menentukan nilai seorang siswa. Faktanya !! makin jauh dari pengawas nilai seorang siswa makin bagus. Beneran lo, gue baca di akun twitter hehe. Lo jauh dari pengawas lo makin leluasa menjawab soal. Bukan karna enak buka kerpe, tapi karna elo egak konsen. Bayangin elo pinter, elo bisa jawab soal, tapi pengawas galak berdiri disamping lo dan melototin LJK lo, jujur lo pasti gemeter kan ? ga konsen kan ? gugup kan ? dalam hati pasti bilang “asem ini pengawas ngapain disamping gue sih” .. bener kan ? ngaku deh .. gue gitu sih hehe
Temen gue yang lucu pernah bilang. “ulangan itu bukan pengawas yang mengawasi kita, tapi kita yang mengawasi pengawas.” Iya kita yang mengawasi. Sebelum nyontek atau buka kerpean kita pasti melakukan senam kepala : 1. lihat kedepan (kearah pengawas) 2. lihat kanan 3. Lihat depan lagi 4. Lihat kiri 5. Lihat depan (lagi !) 6. Lihat belakang 7. Dan lihat depan lagi. Iyakan kan ? benerkan ? senam wajib bagi siswa. Dan sipengawas lah yang kita awasi, apakah sipengawas mengawasi kita ? think again.


Pada saat menunggu pengawas datang juga fun menurut gue, bagi yang tau jadwal si keep woles. Nah bagi yang egak tau jadwal pengawas pasti dalam hati berdoa agar dapat pengawas yang friendly. Begitu dapet pengawas friendly pasti bergumam “asik !”. nah giliran dapat pengawas killer ? pada teriak “ASIK AYO PAK/BU KITA CEPETAN ULANGAN. SAYA TIDAK SABAR. SAYA SUDAH BELAJAR DAN SAYA CINTA KIMIA”. Dalam kelas tewas

Teman kiri kanan juga menentukan faktor nilai siswa. Temen disamping pinter ? jamin deh nilai kita ikutan bagus. Temen disamping bego kuadrat ? gapapa, itungitung dia egak gangguan lo baca soal. Gue kadang sebel sama orang yang udah bego, pinter sekilo dua ons juga kagak, eh malah ngobrol dikelas. Elo sadar gak sih ? elo itu baca soal juga egak, kalo baca juga egak ngerti. Dan silent pliase dong ! biar yang pinter bisa konsen dan elo bisa nyontek !! intinya kerja sama.
Ohiya. Nyontek lewat sms juga efektif. Banget malah. Pada saat ulangan gua yakin pasti banyak sms masuk nanya jawaban. Atau mungkin kirimkiriman foto jawaban lewat bluetooth. Hmm kemajuan teknologi disalah gunakan itu sangat membantu

Udah ah gue capek ngetik mau lanjut belajar *cie belajar. Oh iya wish me luck ya ! semoga gue bisa jawab soal, bisa lancar nyontek, dan pengawasnya yang full friendly ! doain moga nilai gue bagus. Oh iya, find me on instagram ya !
Instagram